Sabtu, 07 November 2015

Pengaduan Hati



Sajadah Cinta


 

Ketika tiada seorangpun yang bisa menghidar dari cinta. Ya, Cinta. Cinta adalah fitrah yang dimiliki setiap insan. Apakah kamu memiliki rasa cinta itu ? Atau Pernahkah kamu jatuh cinta ?

Saya rasa hampir dari setiap insan memiliki rasa itu. Sebuah rasa yang jika saaatnya hadir membuat hati pemiliknya tidak menentu. Ada rasa yang berbeda di dalam relung hatinya, biasanya ditandai dengan ciri-ciri berikut: jika bertemu dengan orang yang dicintai hati berdebar tak menentu, terkadang banyak melamun memikirkannya, senyum-senyum sendiri, atau bahkan mencari tahu tentang dia? Mencari nomer teleponnya ataukah? Menundukan pandangan ketika bertemu dengannya? Yap, itu bisa di jawab hati masing-masing. Ironi’nya terkadang cinta baru itu membuat kita lupa pada-Nya, lupa akan cinta-Nya.

Banyak diantaranya yang ingin rasa cintanya itu tidak di pendam sendirian maka dibagilah cerita tersebut kepada orang lain, yap mungkin lebih tepatnya kepada sahabatnya, atau mungkin ke orang tua ? Atau adakah yang langsung mengungkapkan rasa itu kepada Sang Pemilik Jiwa, Sang Pencipta Hati?

Mungkin masa-masa remaja awal dan remaja pertengahan inilah masa-masa dimana rasa cinta itu berkecambuk tak menentu, istilah ‘menembak’ adalah gandrung diperbincangkan remaja awal atau remaja pertengahan. Sayangnya terkadang insiden penembakan itu berhujung pada kemaksiatan yang menimbulkan buih-buih dosa diantara keduanya. Berkhalwat dengan yang bukan muhrimnya, tidak bisa menjaga pandangan, dan terkadang kadar yang dilakukan itu sungguh diambang batas. Astaghfirullahaladzim…

              Apakah di masa itu kamu pernah mengalaminya? Atau melihatnya? ‘Insiden Penembakan Berujung Maut”?

Kalau pernah, lebih baik kita beristighfar dan menutup pintu rapat-rapat agar si penembak tidak mengikuti kamu atau bahkan penembak yang kini banyak berkeliaran di sekeliling kamu bisa saja menjadikanmu sebagai sasarannya? Atau lebih parah lagi kamu yang kini menjadi penembaknya?

Menembak orang yang salah tentunya akan berdampak buruk pada kita pula, salah-salah justru kita menjadi tersangka dan menyesali perbuatan karena terlanjur melakukan penembakan.

Yap, butuh hati yang kuat dalam menghadapi persoalan seperti ini. Cerita diatas hanyalah gambaran (mengibaratkann) bila saja kita tidak menempatkan sesuatu pada posisinya akan membuat semuanya berantakan. Menyiapkan hati yang siap menyambut rasa cinta bukan menyiapkan nafsu untuk menyambut rasa cinta itu. Dan rasanya tidak mungkin untuk menyimpan rasa cinta itu sendirian, butuh tempat untuk mencurahkan semuanya, menceritakan bahwa kita sedang didatangi oleh sesosok tamu. Tamu yang mungkin kita sendiri bingung mau men’jamunya seperti apa. Yap, tamu itu adalah CINTA.  

Tempat apa yang pas untuk curhat ? Yap mungkin itu pertanyaannya.

Dewasa awal, mungkin kini kita berada di posisi itu. Sudah saatnya kita harus curhat di tempat yang berbeda dari sebelumnya kita selalu curhat. Inilah tempat yang menentramkan dan menenangkan. Yap, Sajadah Cinta itulah tempatnya. Temuilah Sang Pencipta Hati diatas sajadah cintamu. Temui DIA dalam sujudmu, & temui DIA dalam derai air matamu dan keikhasanmu. Berharap Sang Pencipta Hati mendengar semua keluh kesah kita dan menuntun kita melakukan yang sebaikya dilakukan ketika Cinta terhadap makhuk itu hadir dalam hidup kita. Ungkapkan semua rasa yang dirasa, memohon yang terbaik menurut-Nya (terbaik untuk kita dan untuk dirinya).

~Jika “Cinta dalam Diam”... Mulia~
Maka bukan dalam diamnya ia mendamba, bukan dalam kesendiriannya ia curahkan rasa. Melainkan dalam diamnya ia meredam letupan rasa, dalam do’anya ia meminta agar Allah senantiasa menuntun hatinya, agar kehadiran sosok itu tiada lagi mengusiknya...
Karena kemuliaan sebuah rasa, bukan terletak pada seindah apa kata terangkai untuk menggambarkannya. Melainkan pada caranya membingkai rasa, agar tetap koridor yang diridhoi Rabb-nya.

Untukmu yang jauh disana, semoga kita bisa bertemu dengan Sajadah Cinta dalam satu waktu. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar