Sajadah
Cinta
Ketika
tiada seorangpun yang bisa menghidar dari cinta. Ya, Cinta. Cinta adalah fitrah
yang dimiliki setiap insan. Apakah kamu memiliki rasa cinta itu ? Atau
Pernahkah kamu jatuh cinta ?
Saya
rasa hampir dari setiap insan memiliki rasa itu. Sebuah rasa yang jika saaatnya
hadir membuat hati pemiliknya tidak menentu. Ada rasa yang berbeda di dalam
relung hatinya, biasanya ditandai dengan ciri-ciri berikut: jika bertemu dengan
orang yang dicintai hati berdebar tak menentu, terkadang banyak melamun
memikirkannya, senyum-senyum sendiri, atau bahkan mencari tahu tentang dia?
Mencari nomer teleponnya ataukah? Menundukan pandangan ketika bertemu
dengannya? Yap, itu bisa di jawab hati masing-masing. Ironi’nya terkadang cinta
baru itu membuat kita lupa pada-Nya, lupa akan cinta-Nya.
Banyak
diantaranya yang ingin rasa cintanya itu tidak di pendam sendirian maka
dibagilah cerita tersebut kepada orang lain, yap mungkin lebih tepatnya kepada
sahabatnya, atau mungkin ke orang tua ? Atau adakah yang langsung mengungkapkan
rasa itu kepada Sang Pemilik Jiwa, Sang Pencipta Hati?
Mungkin
masa-masa remaja awal dan remaja pertengahan inilah masa-masa dimana rasa cinta
itu berkecambuk tak menentu, istilah ‘menembak’ adalah gandrung
diperbincangkan remaja awal atau remaja pertengahan. Sayangnya terkadang
insiden penembakan itu berhujung pada kemaksiatan yang menimbulkan buih-buih
dosa diantara keduanya. Berkhalwat dengan yang bukan muhrimnya, tidak bisa
menjaga pandangan, dan terkadang kadar yang dilakukan itu sungguh diambang
batas. Astaghfirullahaladzim…
Apakah di masa itu kamu pernah
mengalaminya? Atau melihatnya? ‘Insiden Penembakan Berujung Maut”?
Kalau
pernah, lebih baik kita beristighfar dan menutup pintu rapat-rapat agar si
penembak tidak mengikuti kamu atau bahkan penembak yang kini banyak berkeliaran
di sekeliling kamu bisa saja menjadikanmu sebagai sasarannya? Atau lebih parah
lagi kamu yang kini menjadi penembaknya?
Menembak
orang yang salah tentunya akan berdampak buruk pada kita pula, salah-salah justru
kita menjadi tersangka dan menyesali perbuatan karena terlanjur melakukan
penembakan.
Yap,
butuh hati yang kuat dalam menghadapi persoalan seperti ini. Cerita diatas
hanyalah gambaran (mengibaratkann) bila saja kita tidak menempatkan sesuatu
pada posisinya akan membuat semuanya berantakan. Menyiapkan hati yang siap
menyambut rasa cinta bukan menyiapkan nafsu untuk menyambut rasa cinta itu. Dan
rasanya tidak mungkin untuk menyimpan rasa cinta itu sendirian, butuh tempat
untuk mencurahkan semuanya, menceritakan bahwa kita sedang didatangi oleh
sesosok tamu. Tamu yang mungkin kita sendiri bingung mau men’jamunya seperti
apa. Yap, tamu itu adalah CINTA.
Tempat
apa yang pas untuk curhat ? Yap mungkin itu pertanyaannya.
Dewasa
awal, mungkin kini kita berada di posisi itu. Sudah saatnya kita harus curhat
di tempat yang berbeda dari sebelumnya kita selalu curhat. Inilah tempat yang
menentramkan dan menenangkan. Yap, Sajadah Cinta itulah tempatnya. Temuilah
Sang Pencipta Hati diatas sajadah cintamu. Temui DIA dalam sujudmu, & temui
DIA dalam derai air matamu dan keikhasanmu. Berharap Sang Pencipta Hati
mendengar semua keluh kesah kita dan menuntun kita melakukan yang sebaikya
dilakukan ketika Cinta terhadap makhuk itu hadir dalam hidup kita. Ungkapkan
semua rasa yang dirasa, memohon yang terbaik menurut-Nya (terbaik untuk kita
dan untuk dirinya).
~Jika
“Cinta dalam Diam”... Mulia~
Maka
bukan dalam diamnya ia mendamba, bukan dalam kesendiriannya ia curahkan rasa.
Melainkan dalam diamnya ia meredam letupan rasa, dalam do’anya ia meminta agar
Allah senantiasa menuntun hatinya, agar kehadiran sosok itu tiada lagi
mengusiknya...
Karena
kemuliaan sebuah rasa, bukan terletak pada seindah apa kata terangkai untuk
menggambarkannya. Melainkan pada caranya membingkai rasa, agar tetap koridor
yang diridhoi Rabb-nya.
Untukmu
yang jauh disana, semoga kita bisa bertemu dengan Sajadah Cinta dalam satu
waktu. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar