Sabtu, 28 November 2015

Jumpa Filsuf



Perjumpaan dengan Filsuf

  
Semakin tinggi sebuah level atau tingkatan dalam sebuah jenjang pendidikan tentunya makin sulit pula materi yang didapat. Namun, terkadang justru sebaliknya yaitu lebih mudah dari materi sebelumnya hal demikian karena materi yang diulas ialah materi yang telah dipelajari dahulu sehingga kita lebih mudah memahaminya dan mengingatnya. Namun bagaimana bila sebuah materi itu adalah materi yang ‘newest’ paling baru atau benar-benar baru sehingga kita merasa asing untuk mempelajarinya, Jangankan untuk mengertinya, mengenal sedikitpun tidak tahu, bagaimana kita bisa mempelajarinya? Iya toh.
          Materi yang baru terkadang membuat kita tertarik mempelajarinya bila kegiatan awal (pertemuan pertama) dengan materi itu sangat berkesan dan terkesan ada jalan untuk mempelajarinya (dalam arti mudah dipelajarinya). Namun bagimana jadinya bila materi itu sangat asing (belum pernah dipelajari sebelumnya). Terkadang rata-rata dari ‘mindset’ kita atau pola pikir sebagian besar orang yaitu mengaggapnya sulit dan bahkan menutup pintu memori rapat-rapat untuk tidak mengizinkan pelajaran tersebut masuk ke memori otak bilamana kesan pertama terhadap materi itu sangat buruk yaitu kesan sulit yang didapat.
            Masih berkaitan dengan sebuah materi baru, di tahun ini tepatnnya di tingkat 3, ya semester 3 di perguruan tinggi ini. Saya bertemu dengan seorang filsuf. Ya Filsuf. Banyak cerita yang berdatangan sebelum saya bertemu dengan seorang filsuf ini. “Kamu akan bertemu dengan seorang filsuf di tingkat 3 di bangku kuliah ini”. Apa? Filsuf?. Apakah kedengarannya masih asing ditelinga? Ya, jawabannya Pasti. Hingga akhirnya saya menginjakan kaki di tingkat 3 ini barulah saya mengetahui seperti apa, bagaimana, dan siapa sosok filsuf itu. Sosok yang santai, berwawasan sangat luas dan sangat menghargai. Yap itulah kesan pertama saat berjumpa dengan filsuf itu.
            Sosok baru tentu dengan materi baru, yap Filsafat. Itulah materi barunya. Melalui perantara filsuf tersebut saya bisa mengenal apa itu Filsafat. Perlahan tapi pasti, pintu gerbang memori ini berusaha terbuka sedikit demi sedikit mempersilahkan materi-materi itu masuk kedalam memori otak saya. Kesan pertama berjumpa dengan filsuf ini yaitu ‘enjoy dan comnfort’. Semua hal baru ini dirasa baik-baik saja dan pertanda baik kedepannya.
            Hari berganti hari, detik jam terus berdetak, berputar, dan terlewati. Sosok filsuf ini terus memperkenalkan, mengajarkan dan memberikan pengertian melalui materi Filsafatnya. Filsafat sebuat kata yang terdiri dari delapan huruf. Angka delapan itu ialah bilangan genap, tapi sayang bagiku itu adalah ganjil. Ganjil ? Ya, kurasa perjalanan memahami materi baru ini ada keganjilan. Merasa semua ini berbeda, ya sangat berbeda dari sebelumnya.
            Pusing, tidak megerti, dan menerka-nerka, yah itulah hal yang beda tipis saat proses belajar. Satu hingga minggu ke dua bahkan ketiga masih enjoying rasanya belajar Filsafat ini. Tapi rasa dan kesan sulit di awal tidak mengurungkan niat untuk membuka pintu gerbang memori agar materi ini bisa tersimpan dengan baik dan rapih di dalam otak ini. Tapi apa mau dikata, yap ini BERBEDA. MATERI INI BERBEDA. SOSOK FILSUF INI BERBEDA. Semua hal tersebut menjadi pembeda dari hal-hal sebelumnya. Sesuatu yang menjadi pembeda dari yang lainnya inilah yang mengajarkan saya banyak hal, yaitu salah satunya belajar sabar di materi filsafat ini.
            Belajar untuk mensinkronkan H3 (Heart, Head, Hand), belajar memilih Garam atau Emas dan lain sebagainya. Hal-hal yang kedengarannya asing ini memiliki makna tersendiri, meskipun diri ini sesungguhnya belum memahami betul apa itu Fisafat. Dari sosok filsuf ini, saya banyak belajar banyak hal meskipun hanya beberapa yang dapat saya pahami betul.
            Yap, segala sesuatu yang baru baik dari segi materi atau pengajar yang baru kita harus sebisa mungkin membuka pintu gerbang memori kita untuk mempersilahkan materi-materi itu masuk kedalam memori kita dan menyambut sosok pengajar yang baru kita temui tersebut, meskipun ada rintangan yang menanti di depan sana yaitu lembah pusing, kolam bingung dan lumpur malas. Wah berat ya? Tentu. Meskipun demikian, saya harus, kamu harus dan kita harus bisa membuka pintu gerbang memori kita mempersilahkan jalan untuk materi Filsafat tersebut, toh ada istana kebermanfaatan menanti di akhir perjalanan ini.
            Lillah, saya belajar materi ini, Lillah saya dapat berjumpa dengan sosok filsuf ini. Semoga rintangan-rintangan di tengah perjalanan dapat dilewati dan dapat mencapai dan berdiri di istana kebermanfaatan. Aamiin.
#WelcomeFilsuf
#WelcomeFilsafat
#I’mCommingIstanaKebermanfaatan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar