Perjumpaan
dengan Filsuf
Semakin tinggi
sebuah level atau tingkatan dalam sebuah jenjang pendidikan tentunya makin
sulit pula materi yang didapat. Namun, terkadang justru sebaliknya yaitu lebih
mudah dari materi sebelumnya hal demikian karena materi yang diulas ialah
materi yang telah dipelajari dahulu sehingga kita lebih mudah memahaminya dan
mengingatnya. Namun bagaimana bila sebuah materi itu adalah materi yang
‘newest’ paling baru atau benar-benar baru sehingga kita merasa asing untuk
mempelajarinya, Jangankan untuk mengertinya, mengenal sedikitpun tidak tahu,
bagaimana kita bisa mempelajarinya? Iya toh.
Materi yang baru terkadang membuat kita
tertarik mempelajarinya bila kegiatan awal (pertemuan pertama) dengan materi
itu sangat berkesan dan terkesan ada jalan untuk mempelajarinya (dalam arti
mudah dipelajarinya). Namun bagimana jadinya bila materi itu sangat asing
(belum pernah dipelajari sebelumnya). Terkadang rata-rata dari ‘mindset’
kita atau pola pikir sebagian besar orang yaitu mengaggapnya sulit dan bahkan
menutup pintu memori rapat-rapat untuk tidak mengizinkan pelajaran tersebut
masuk ke memori otak bilamana kesan pertama terhadap materi itu sangat buruk
yaitu kesan sulit yang didapat.
Masih
berkaitan dengan sebuah materi baru, di tahun ini tepatnnya di tingkat 3, ya
semester 3 di perguruan tinggi ini. Saya bertemu dengan seorang filsuf. Ya
Filsuf. Banyak cerita yang berdatangan sebelum saya bertemu dengan seorang
filsuf ini. “Kamu akan bertemu dengan seorang filsuf di tingkat 3 di bangku kuliah
ini”. Apa? Filsuf?. Apakah kedengarannya masih asing ditelinga? Ya,
jawabannya Pasti. Hingga akhirnya saya menginjakan kaki di tingkat 3 ini
barulah saya mengetahui seperti apa, bagaimana, dan siapa sosok filsuf itu.
Sosok yang santai, berwawasan sangat luas dan sangat menghargai. Yap itulah
kesan pertama saat berjumpa dengan filsuf itu.
Sosok
baru tentu dengan materi baru, yap Filsafat. Itulah materi barunya. Melalui
perantara filsuf tersebut saya bisa mengenal apa itu Filsafat. Perlahan tapi
pasti, pintu gerbang memori ini berusaha terbuka sedikit demi sedikit
mempersilahkan materi-materi itu masuk kedalam memori otak saya. Kesan pertama
berjumpa dengan filsuf ini yaitu ‘enjoy dan comnfort’. Semua hal baru
ini dirasa baik-baik saja dan pertanda baik kedepannya.
Hari
berganti hari, detik jam terus berdetak, berputar, dan terlewati. Sosok filsuf
ini terus memperkenalkan, mengajarkan dan memberikan pengertian melalui materi
Filsafatnya. Filsafat sebuat kata yang terdiri dari delapan huruf. Angka delapan
itu ialah bilangan genap, tapi sayang bagiku itu adalah ganjil. Ganjil ? Ya,
kurasa perjalanan memahami materi baru ini ada keganjilan. Merasa semua ini
berbeda, ya sangat berbeda dari sebelumnya.
Pusing,
tidak megerti, dan menerka-nerka, yah itulah hal yang beda tipis saat proses
belajar. Satu hingga minggu ke dua bahkan ketiga masih enjoying rasanya belajar
Filsafat ini. Tapi rasa dan kesan sulit di awal tidak mengurungkan niat untuk
membuka pintu gerbang memori agar materi ini bisa tersimpan dengan baik dan
rapih di dalam otak ini. Tapi apa mau dikata, yap ini BERBEDA. MATERI INI
BERBEDA. SOSOK FILSUF INI BERBEDA. Semua hal tersebut menjadi pembeda dari
hal-hal sebelumnya. Sesuatu yang menjadi pembeda dari yang lainnya inilah yang
mengajarkan saya banyak hal, yaitu salah satunya belajar sabar di materi
filsafat ini.
Belajar
untuk mensinkronkan H3 (Heart, Head, Hand), belajar memilih Garam atau Emas dan
lain sebagainya. Hal-hal yang kedengarannya asing ini memiliki makna
tersendiri, meskipun diri ini sesungguhnya belum memahami betul apa itu
Fisafat. Dari sosok filsuf ini, saya banyak belajar banyak hal meskipun hanya
beberapa yang dapat saya pahami betul.
Yap,
segala sesuatu yang baru baik dari segi materi atau pengajar yang baru kita
harus sebisa mungkin membuka pintu gerbang memori kita untuk mempersilahkan
materi-materi itu masuk kedalam memori kita dan menyambut sosok pengajar yang
baru kita temui tersebut, meskipun ada rintangan yang menanti di depan sana
yaitu lembah pusing, kolam bingung dan lumpur malas. Wah berat ya? Tentu.
Meskipun demikian, saya harus, kamu harus dan kita harus bisa membuka pintu
gerbang memori kita mempersilahkan jalan untuk materi Filsafat tersebut, toh
ada istana kebermanfaatan menanti di akhir perjalanan ini.
Lillah,
saya belajar materi ini, Lillah saya dapat berjumpa dengan sosok filsuf ini.
Semoga rintangan-rintangan di tengah perjalanan dapat dilewati dan dapat
mencapai dan berdiri di istana kebermanfaatan. Aamiin.
#WelcomeFilsuf
#WelcomeFilsafat
#I’mCommingIstanaKebermanfaatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar