Bagaimana Filsafat Islam?
Ketika filsafat Islam dibicarakan, maka terbayang disana hadir beberapa
tokoh yang disebut sebagai filosof muslim seperti Al-Kindi, Ibnu Sina,
Al-Farabi, Ibnu Rusyd, Al-Ghazali, dan seterusnya. Kehadiran para tokoh
ini memang tidak bisa dihindarkan, tidak saja karena dari merekalah kita
dapat mengenal filsafat islam, akan tetapi juga karena pada mereka
benih-benih filsafat Islam dikembangkan.
Sejarah Filsafat Islam mengacu pada filosofi yang diproduksi dalam masyarakat Islam. Hal ini tidak selalu peduli dengan isu agama, bukan eksklusif dihasilkan oleh Muslim. (OliverLeaman, Routledge Encyclopedia of Philosophy filsafat Yunani yang diwarisi umat Islam awal sebagai hasil dari penaklukan ketika Alexandria, Suriah dan Jundishapur berada di bawah kekuasaan Islam, bersama dengan pra-Islam filsafat India dan filsafat Iran. Banyak perdebatan filosofis awal berpusat di sekitar mendamaikan agama dan nalar,yang terakhir dicontohkan oleh filsafat Yunani. Salah satu aspek yang menonjol dalam filsafat Islam adalah bahwa, dalam Filsafat Islam, lebar tapi perjalanan kembali agar sesuai dengan Quran dan Sunnah.
Sejarah Filsafat Islam mengacu pada filosofi yang diproduksi dalam masyarakat Islam. Hal ini tidak selalu peduli dengan isu agama, bukan eksklusif dihasilkan oleh Muslim. (OliverLeaman, Routledge Encyclopedia of Philosophy filsafat Yunani yang diwarisi umat Islam awal sebagai hasil dari penaklukan ketika Alexandria, Suriah dan Jundishapur berada di bawah kekuasaan Islam, bersama dengan pra-Islam filsafat India dan filsafat Iran. Banyak perdebatan filosofis awal berpusat di sekitar mendamaikan agama dan nalar,yang terakhir dicontohkan oleh filsafat Yunani. Salah satu aspek yang menonjol dalam filsafat Islam adalah bahwa, dalam Filsafat Islam, lebar tapi perjalanan kembali agar sesuai dengan Quran dan Sunnah.
Sebenarnya menggabungkan agama dan filsafat
sangatlah rumit karena tidak ada ketentuan yang jelas. Filsuf secara
tipikal memegang bahwa seorang harus menerima kemungkinan kebenaran dari
manapun sumbernya dan mengikuti perdebatan ke manapun. seorang penganut
agama klasik memiliki prinsip agama yang mereka pegang sebagai fakta dan tidak
dapat ditantang. Pembahasan tentang filsafat Islam biasanya hanya seputad pada
masalah dasar dalam epistemologi yaitu sumber wahyu dan akal. Sejak dahulu kala
hinggaa saat ini persoalan-persoalan tentang dua sumber inilah yang terus
menerus diperdebatkan hingga timbul beberapa aliran dan mazhab dalam pemikiran
Islam. Namun perkembangan filsafat Islam menjadi semakin matang dan luas
melalui faktor utamanya yaitu terjemahan karya-karya dari filsafat Yunani
kedalam pemikiran Islam. Jika dilihat dari sejarah,
para filosof dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli
waris tradisi Filsafat Barat (Yunani). Menilik sejarah filsafat
Islam dan perkembangan pemikiran Islam, Beberapa ahli sejarah
berpendapat bahwa perpindahan dan terjemahan filsafat Yunani ini dimulai pada
zaman Khalifah Al-Abbasi Al-Makmun pada tahun 215 Hijriah. Harus kita ketahui
filsafat Yunani ini mudah diterima oleh orang-orang Islam sebelum zaman
Khalifah Al-Makmun, karena banyak pusat-pusat pendidikan atau Madrasah yang
muncul ketika era pembukaan wilayah Islam seperti Madrasah Alexandariah. Boleh
jadi saat itu orang-orang Islam sudah mempelajari dan menerima filsafat
Yunani ini di Madrasah tersebut. Kesan dari terjemahan ini menjadikan
karya-karya filsuf Yunani seperti Aristoteles dan Plato semakin terkenal dan
diminati.
Ada yang berpendapat tentang sumbangan
peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan, berkembang sampai
sekarang ini. Pendapat yang pertama mengatakan bahwa orang Eropa
belajar filsafat dari filosof Yunani seperti Aristoteles, melalui kitab-kitab
yang disalin oleh St. Agustine (354–430 M), yang kemudian diteruskan oleh
Anicius Manlius Boethius (480–524 M) dan John Scotus. Pendapat kedua menyatakan
bahwa orang Eropa belajar filsafat orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat
Yunani yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti
Al-Kindi dan Al-Farabi. Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas
menolaknya, karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti
Isagoge, Categories, dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi
bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan bahwa
seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber perkembangan filsafat
dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury, seorang guru besar
filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali buku Organon
karangan Aristoteles dari terjemahanterjemahan berbahasa Arab, yang telah dikerjakan
oleh filosof Islam (Haerudin, 2003).
Namun
perpindahan dan terjemahan filsafat Yunani ini bukan mudah untuk diterima oleh
semua orang Islam. Sehingg akan ada beberapa pendapat yang mengharuskan
dan menentang terjemahan ini.
1.
Bagi kelompok yang menentang seperti
Ibnu Solah berpendapat bahwa terjemahan filsafat Yunani ini akan mempengaruhi
kesesatan dan penyimpangan akidah.
2.
Bagi kaum jaman pertengahan,
mereka menerima dan mengambil beberapa penelitian dan kritik untuk apa yang
dinilai baik maupun yang tidak baik.Golongan ini termasuk Mu’tazilah dan
Al-Asya’irah. Sehingga Imam Ghazali membenarkan kepada tiga bahagian.Bahagian
satu menghukumkannya sebagai kufur.Keduanya menyebut sebagai bid’ah dan
Ketiga tidak bisa diingkar.
3.
Golongan yang memandang mulia dan
taajub. Disinilah lahirnya anggota-anggota Filsafat Islam seperti Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibn Rusyd.
Aliran-Aliran Filsafat Islam
Pada
umumnya terdapat empat aliran-aliran besar dalam sejarah Filsafat Islam
1.
Filsafat taklidiah-Seperti Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibn Rusyd. Mereka mengalami dan mempelajari filsafat
Yunani dengan tekun dan mengambil studi beberapa karya-karya penting khususnya
dari Aristoteles dan Plato serta melakukan kritik terhadap para filsuf
Yunani tersebut.Ini berarti mereka tidak menjadikan filsafat Yunani
sebagai sumber referensi asal tetapi menggunakan Al-quran sebagai sumber utama
kemudian berusaha mencari titik pertemuan antara kedua sumber tersebut.Tetapi
mereka tidak mengambil filsafat Yunani secara taklid buta bahkan memelihara
konten-konten sumber utama mereka yaitu Al-quran.
2.
Imu Kalam,
3.
Ilmu Fiqh dan
4.
Ilmu Tasawwuf.
Filsafat
Islam Hakekatnya bersumber dari wahyu sebagai inti
dan akal sebagai pendukungnya. Aliran ini muncul menyusul dari pergolakan
internal dikalangan umat Islam sendiri setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW
disamping reaksi terhadap pengaruh filsafat Yunani dan peradaban asing terhadap
umat Islam. Dengan perkembangan baru seperti ini timbullah berbagai perubahan
terutama perubahan pemikiran yang membentuk berbagai mazhab dan aliran
tertentu.
Menurut
Kartanegara (2006) dalam filsafat Islam ada empat aliran yakni:
1.
Filsafat Islam Peripatetik (memutar
atau berkeliling) merujuk kebiasaan Aristoteles yang selalu berjalan-jalan
mengelilingi muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri khas aliran ini secara
metodologis atau epistimologis adalah menggunakan logika formal yang
berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan yang kuat pada
daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al
Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din
Thusi (w.1274).
2.
Filsafat Islam Aliran Iluminasionis
(Israqi). Didirikan oleh pemikir Iran, Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Aliran
ini memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif (irfani). Menurutnya
dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan. Baginya Tuhan adalah cahaya
sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al anwar), cahaya di atas cahaya.
3.
Filsafat Islam, Aliran Irfani (Tasawuf).
Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional. Jika
pengenalan rasional bertumpu pada akal maka pengenalan sufistik bertumpu pada
hati. Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
4.
Filsafat Islam, Aliran Hikmah
Muta’aliyyah (Teosofi Transeden). Diwakili oleh seorang filosof syi’ah yakni
Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal dengan nama Shadr al Din al
Syirazi, Atau yang dikenal dengan Mulla Shadra yaitu seorang filosof yang
berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.
Dalam
pandangan Filsafat Islam, fenomena alam tidaklah berdiri tanpa ada hubungan dan
kekuasaan ilahi. Mempelajari alam berarti akan mempelajari ciptaannya.
Dengan demikian penelitian alam semesta (jejak-jejak ilahi) akan mendorong kita
untuk mengenal ilahi dan semakin mempertebal keyakinan terhadapnya. Fenomena
alam bukanlah realitas-realitas independen melainkan tanda-tanda Allah SWT.
Fenomena alam adalah ayat-ayat yang bersifat qauniyyah, sedangkan kitab suci
ayat-ayat yang besifat qauliyah. Oleh sebab itu ilmu-ilmu agama dan umum
menempati posisi yang mulia sebagai obyek ilmu.
Tokoh-Tokoh Filsafat Islam Zaman
Kejayaan Islam
Islam
tidak hanya mendukung adanya kebebasan intelektual, tetapi juga membuktikan
kecintaan umat Islam terhadap ilmu pengetahuan dan sikap hormat mereka kepada
ilmuwan, tanpa memandang agama mereka. Periode antara 750 M dan 1100 M adalah
abad masa keemasan dunia Islam. Plato dan Aristoteles telah memberikan pengaruh
yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab Peripatetik.
1.
Al
Farabi sangat berjasa dalam mengenalkan dan mengembangkan
cara berpikir logis (logika) kepada dunia Islam. Berbagai karangan Aristoteles
seperti Categories, Hermeneutics, First, dan Second Analysis telah
diterjemahkan Al Farabi ke dalam bahasa Arab. Al Farabi telah membicarakan
berbagai sistem logika dan cara berpikir deduktif maupun induktif. Di samping
itu beliau dianggap sebagai peletak dasar pertama ilmu musik dan menyempurnakan
ilmu musik yang telah dikembangkan sebelumnya oleh Phytagoras. Oleh karena
jasanya ini, maka Al Farabi diberi gelar Guru Kedua, sedang gelar Guru Pertama
diberikan kepada Aristoteles.Kontribusi lain dari Al Farabi yang dianggap cukup
bernilai adalah usahanya mengklasifikasi ilmu pengetahuan. Al Farabi telah
memberikan defenisi dan batasan setiap ilmu pengetahuan yang berkembang pada
zamannya. Al Farabi mengklasifikasi ilmu ke dalam tujuh cabang yaitu: logika,
percakapan, matematika, fisika, metafisika, politik, dan ilmu fiqih (hukum).
2.
Ibnu
Sina dikenal di Barat dengan sebutan Avicienna. Selain
sebagai seorang filosof, ia dikenal sebagai seorang dokter dan penyair. Ilmu
pengetahuan yang ditulisnya banyak ditulis dalam bentuk syair. Bukunya yang
termasyhur Canon, telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona
di Toledo. Buku ini kemudian menjadi buku teks (text book) dalam ilmu
kedokteran yang diajarkan pada beberapa perguruan tinggi di Eropa, seperti
Universitas Louvain dan Montpelier. Dalam kitab Canon, Ibnu Sina telah
menekankan betapa pentingnya penelitian eksperimental untuk menentukan khasiat
suatu obat. Ibnu Sina menyatakan bahwa daya sembuh suatu jenis obat sangat
tergantung pada ketepatan dosis dan ketepatan waktu pemberian. Pemberian obat
hendaknya disesuaikan dengan kekuatan penyakit.Kitab lainnya berjudul Al Shifa
diterjemahkan oleh Ibnu Daud (di Barat dikenal dengan nama Avendauth Ben Daud)
di Toledo. Oleh karena Al Shifa sangat tebal, maka bagian yang diterjemahkan
oleh Ibnu Daud terbatas pada pendahuluan ilmu logika, fisika, dan De
Anima. Ibnu Sina membagi filsafat atas bagian yang bersifat teoretis dan bagian
yang bersifat praktis. Bagian yang bersifat teoretis meliputi: matematika,
fisika, dan metafisika, sedang bagian yang bersifat praktis meliputi: politik
dan etika.Ibnu Sina, mengatakan alam pada dasarnya adalah potensi (mumkin al
wujud) dan tidak mungkin bisa mengadakan dirinya sendiri tanpa adanya Tuhan.
Ibnu Sina mengelompokkan ilmu dalam tiga macam yakni (1) obyek-obyek yang
secara niscaya tidak berkaitan dengan materi dan gerak (metafisik), (2)
obyek-obyek yang senantiasa berkaitan dengan materi dan gerak (fisika), (3)
obyek-obyek yang pada dirinya immateriel tetapi kadang melakukan kontak dengan
materi dan gerak (matematika). Dalam bidang ilmu farmakologi dan medis dikenal
karya Ibnu Sina yakni Al Qanun fi al Thibb dan Al Hawi oleh Abu Bakr Al Razi,
bidang nutrisi dikenal karya Ibn Bathar yakni Al Jami Li Mufradat Al Adawiyyah
wa Al Aghdziyah, di bidang zoologi dikenal karya Al Jahizh yang berjudul Al
Hayawan dan Hayat Al Hayawan oleh Al Damiri. Di Andalusia terkenal seorang ahli
bedah muslim, Ibn Zahrawi yang telah mencitakan ratusan alat bedah yang sudah
sangat maju untuk ukuran zamannya.
3. Ibn Khaldun dalam kitabnya Al Muqaddimah membagi
metafisika dalam lima bagian. Bagian pertama berbicara tentang hakikat
wujud (ontologi). Dari sini muncul dua aliran besar yakni eksistensialis (tokoh
yang terkemuka adalah Ibnu Sina dan Mhulla Shadra) dan esensialis (tokoh yang
terkemuka adalah Syaikh Al Israq, Suhrawardi). Berikutnya Ibn Khaldun membagi
ilmu matematika ke dalam empat subdivisi yakni (1) geometri; trigonometrik dan
kerucut, surveying tanah, dan optik. Sarjana muslim terutama Ibn Haitsam telah
banyak mempengaruhi sarjana barat termasuk Roger Bacon, Vitello dan Kepler
(2)Aritmetika; seni berhitung/hisab, aljabar, aritmatika bisnis dan faraid
(hukum waris), (3) musik, (4) astronomi.
4.
Albiruni,
dikenal dalam bidang ilmu mineral, dikenal karya Al Biruni yang berjudul Al
Jawahir (batu-batu permata), selain itu pada abad ke-11 Al Biruni dikenal
sebagai The master of observation di bidang geologi dan geografi karena Al
Biruni berusaha mengukur keliling bumi melalui metode eksperimen dengan
menggabungkan metode observasi dan teori trigonometri. Akhirnya ia sampai pada
kesimpulan bahwa keliling bumi adalah 24.778,5 mil dengan diameter 7.878 mil.
Tentu saja ini merupakan penemuan luar biasa untuk masa itu, dengan ukuran
modern saja yaitu 24.585 mil (selisih ± 139 mil) dengan diameter 7.902 mil.
5.
Al
Kindi, filosof Arab pertama yang mempelajari filsafat.
Ibnu Al Nadhim mendudukkan Al Kindi sebagai salah satu orang termasyhur dalam
filsafat alam (natural philosophy). Buku-buku Al-Kindi membahas mengenai
berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti geometri, aritmatika, astronomi,
musik, logika dan filsafat. Ibnu Abi Usai’bia menganggap Al-Kindi sebagai
penerjemah terbaik kitab-kitab ilmu kedokteran dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab. Di samping sebagai penerjemah, Al Kindi menulis juga berbagai
makalah. Ibnu Al Nadhim memperkirakan ada 200 judul makalah yang ditulis Al
Kindi dan sebagian di antaranya tidak dapat dijumpai lagi, karena raib entah
kemana. Nama Al Kindi sangat masyhur di Eropa pada abad pertengahan. Bukunya
yang telah disalin ke dalam bahasa Latin di Eropa berjudul De Aspectibus berisi
uraian tentang geometri dan ilmu optik, mengacu pada pendapat Euclides, Heron,
dan Ptolemeus. Salah satu orang yang sangat kagum pada berbagai tulisannya
adalag filosof kenamaan Roger Bacon.
6.
Ibnu
Rushd yang lahir dan dibesarkan di Cordova, Spanyol,
meskipun seorang dokter dan telah mengarang buku ilmu kedokteran berjudul
Colliget, yang dianggap setara dengan kitab Canon karangan Ibnu Sina, lebih dikenal
sebagai seorang filosof. Ibnu Rushd telah menyusun 3 komentar mengenai
Aristoteles, yaitu: komentar besar, komentar menengah, dan komentar kecil.
Ketiga komentar tersebut dapat dijumpai dalam tiga bahasa: Arab, Latin, dan
Yahudi. Dalam komentar besar, Ibnu Rushd menuliskan setiap kata dalam Stagirite
karya Aristoteles dengan bahasa Arab dan memberikan komentar pada bagian akhir.
Dalam komentar menengah ia masih menyebut-nyebut Aritoteles sebagai Magister
Digit, sedang pada komentar kecil filsafat yang diulas murni pandangan Ibnu
Rushd.Pandangan Ibnu Rushd yang menyatakan bahwa jalan filsafat merupakan jalan
terbaik untuk mencapai kebenaran sejati dibanding jalan yang ditempuh oleh ahli
agama, telah memancing kemarahan pemukapemuka agama, sehingga mereka meminta
kepada khalifah yang memerintah di Spanyol untuk menyatakan Ibnu Rushd sebagai
atheis. Sebenarnya apa yang dikemukakan oleh Ibnu Rushd sudah dikemukakan pula
oleh Al Kindi dalam bukunya Falsafah El Ula (First Philosophy). Al Kindi
menyatakan bahwa kaum fakih tidak dapat menjelaskan kebenaran dengan sempurna,
oleh karena pengetahuan mereka yang tipis dan kurang bernilai (Haeruddin,
2003).
Tokoh Filsafat Islam Kontemporer
Tradisi
Filsafat Islam masih sangat banyak hidup saat ini, meskipun keyakinan di
kalangan Barat banyak tradisi ini berhenti setelah masa keemasan.
Dalam
Lahan Islam kontemporer, ajaran hikmat atau hikmah berkembang terus.
1.
Ayatullah
Ruhullah Khomeini, pendiri Rebublic Islam Iran, adalah
seorang guru terkenal dari sekolah filsafat Hikmat-ul-Mutaliya. Sebelum
kemenangan Revolusi Islam, ia adalah salah satu dari sedikit orang yang secara
resmi mengajar filsafat di Seminari Agama di Qum.
Iran علامه طباطبائى atau Allameh Tabatabaei, penulis sejumlah karya termasuk komentar dua puluh tujuh jilid Quran Al-Mizan (الميزان),
Iran علامه طباطبائى atau Allameh Tabatabaei, penulis sejumlah karya termasuk komentar dua puluh tujuh jilid Quran Al-Mizan (الميزان),
2.
Buya
Hamka atau Haji Abdul Malik Karim Amirullah
adalah seorang penulis terkemuka Indonesia, politisi ulama, pemikir filosofis,
dan penulis Tafir Al Azhar. Dia adalah Ketua majelis Ulama Indonesia
(MUI). Beliau mengundurkan diri ketika fatwanya kepada kaum Muslimin
untuk tidak merayakan Natal dikutuk oleh rezim Suharto. Buya Hamka tidak
hanya sebagai seorang sarjana dan penulis di negaranya, tapi ia juga
sangat dihargai di Malaysia dan Singapura.
3.
Murtaza
Muthahhari, mahasiswa terbaik dari Allamah Tabatabai, seorang
martir dari Revolusi Islam Iran, dan penulis sejumlah buku (sebuah kompilasi
lengkap dari karya-karyanya terdiri dari 25 volume). Dia, seperti Allamah
Tabatabai nya guru dan Ayatullah Khomeini, termasuk sekolah-sekolah filosofis
Hikmat-ul-Mutaliya
Sayyid Abul Ala Maududi, yang dikreditkan dengan menciptakan pemikiran politik modern Islam di abad ke-20, adalah pendiri dari “Jamaah e Islami” dan menghabiskan hidupnya dalam upaya untuk menghidupkan kembali Tradisi Intelektual Islam.
Sayyid Abul Ala Maududi, yang dikreditkan dengan menciptakan pemikiran politik modern Islam di abad ke-20, adalah pendiri dari “Jamaah e Islami” dan menghabiskan hidupnya dalam upaya untuk menghidupkan kembali Tradisi Intelektual Islam.
4.
DR. Israr
Ahmed, (April 26, 1932 – April 14, 2010) adalah seorang
teolog Islam Pakistan diikuti khususnya di Asia Selatan dan juga di antara
diaspora Asia Selatan di Timur Tengah, Eropa Barat, dan Amerika Utara
Lahir. di Hissar, (sekarang Haryana) di India, putra kedua dari
seorang pegawai pemerintah, dia adalah pendiri Tanzeem-e-Islami, dan jebolan
dari amaat-e-Islami.A great Scholar of Islam and Quran.
5.
Muhammad
Hamidullah (9 Februari 1908 – 17 Desember 2002) adalah
keluarga sarjana, ahli hukum, penulis, dan sufi. Dia adalah seorang
sarjana terkenal di dunia Islam dan Hukum Internasional dari India, yang
dikenal untuk kontribusi untuk penelitian tentang sejarah Hadis, terjemahan
Alquran, kemajuan pembelajaran Islam, dan penyebaran ajaran Islam di
Barat dunia.
Fazlur Rahman adalah seorang profesor pemikiran Islam di University of Chicago
Fazlur Rahman adalah seorang profesor pemikiran Islam di University of Chicago
6.
Wahid
Hasyim Indonesia pertama menteri urusan agama. Mantan
Ketua Nahdatul Ulama Indonesia dan Universitas Islam di
Indonesia. ide yang dikenal adalah reformasi kurikulum Madrasah.
7. Seyyed Hossein Nasr.
8.
Imran
Nazar Hosein Author of Jerusalem in the Quran
9.
Javed
Ahmad Ghamidi adalah seorang sarjana terkenal Islam Pakistan,
Ahli tafsir, dan pendidik.
Dalam
studi terbaru oleh para pemikir kontemporer muslim yang bertujuan”memperbarui
dorongan pemikiran Dalam studi terbaru oleh para pemikir kontemporer
muslim yang bertujuan”memperbarui dorongan pemikiran filsafat dalam Islam”,
Nader El-Bizri menawarkan analisis kritis terhadap konvensi metodologi dan
historiografi yang mendominasipendekatan akademik dan epistemis utama dalam
mempelajari ‘filsafat Islam’ dari ‘arsip’sudut pandang, dalam Studi Oriental
dan Mediaevalist, yang gagal mengakui kenyataan bahwa ‘filsafat dalam Islam‘
masih bisa menjadi tradisi intelektual yang hidup, dan bahwapembaruan
memerlukan reformasi radikal dalam ontologi dan epistemologi dalam pemikiran
Islam”, Nader El-Bizri menawarkan analisis kritis terhadap konvensi metodologi
dan historiografi yang mendominasi pendekatan akademik dan epistemis utama
dalam mempelajari Dalam studi terbaru oleh para pemikir kontemporer muslim yang
bertujuan”memperbarui dorongan pemikiran filsafat dalam Islam”, Nader El-Bizri
menawarkan analisis kritis terhadap konvensi metodologi dan historiografi yang
mendominasipendekatan akademik dan epistemis utama dalam mempelajari ‘filsafat
Islam’ dari ‘arsip’sudut pandang, dalam Studi Oriental dan Mediaevalist, yang
gagal mengakui kenyataan bahwa ‘filsafat dalam Islam’ masih bisa menjadi
tradisi intelektual yang hidup, dan bahwa pembaruan memerlukan reformasi
radikal dalam ontologi dan epistemologi dalam pemikiran Filsafat Islam.
Sumber 'Repost' :
http://junaedi-ochy.blogspot.co.id/2013/11/filsafat-islam-dan-tokoh-tokoh-aliran
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/filsafat-islam/
Sumber 'Repost' :
http://junaedi-ochy.blogspot.co.id/2013/11/filsafat-islam-dan-tokoh-tokoh-aliran
http://pustaka.abatasa.co.id/pustaka/detail/filsafat-islam/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar