Minggu, 06 Desember 2015

Bagaimana Akal Menunjukan Allah Ta'ala ? (2)



Bagaimana Akal Menunjukan Allah Ta’ala ? (2)





Ilmu pengetahuan pun membuktikan!
Selain hal tersebut, keberadaan alam semesta dari ketiadaan juga dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern. Diantara ilmu pengetahuan modern yang menunjukan bahwa alam semesta ini bersifat baru, berasal dari ketiadaan dan akan kembali tiada adalah teori Hukum Termodinamika 2 dan teori Big Bang.
Hukum termodinamika 2 menyatakan bahwa energi panas hanya akan berpindah dari zat yang memiliki suhu temperatur panas menuju ke zat yang memiliki suhu temperatur lebih rendah. Artinya energi kalor hanya bergerak menuju satu arah. Sebagai contoh ketika seekor beruang kutub berada di lautan es, maka kalor dari tubuh beruang kutub tersebut akan berpindah ke es yang berada di bawahnya, dan tidak akan terjadi kalor yang berada dari kutub es berpindah ke tubuh beruang tersebut.
Dengan demikian, suhu kalor di dunia ini akan semakin menurun, dan akan ada satu waktu dimana alam semesta ini kehilangan energi kalor dengan totalitas. Suhu dingin akan mencapai titik beku, yaitu nol derajat. Pada saat itu tidak akan ada lagi energi, sehingga mustahil akan adanya kehidupan. Hal ini menunjukan bahwa alam semesta ini berkaitan dengan waktu. Artinya ada permulaan dan ada akhir dari keberadaan alam semesta ini.
Adapun teori Big Bang menyebutkan bahwasanya keberadaan alam semesta ini berasal dari ledakan yang super dahsyat yang terjadi lebih dari lima belas ribu juta tahun yang lalu. Meskipun hal ini masih bersifat zhan (praduga), belum bisa dipastikan kebenarannya, namun para ilmuan sudah menjadikannya sebagai salah satu bukti ilmiah bahwasanya alam semesta ini bersifat baru. Dan mereka para ilmuan telah memberikan bukti bukti yang sangat banyak yang menunjukan kebenaran teori ini, yang setiap bukti bisa juga di jadikan dalil tersendiri bahwasanya alam semesta ini bersifat baru, berasal dari ketiadaan.
Hanya Allah yang layak menciptakan alam semesta
Setalah kita mengetahui, bahwasanya alam semesta ini bersifat baru. Dan kemudian yang baru pasti ada yang menciptakan. Maka pertanyaan, siapakah yang telah menciptakan alam semesta dari yang tadinya tidak ada menjadi ada?
Jawaban dari pertanyaan ini hanya ada dua kemungkinan; alam semesta sendiri yang telah menciptakan dirinya sendiri, atau Zat lain di luar dari alam semesta yang menciptakannya. Secara logika tidak mungkin alam semesta menciptakan dirinya sendiri. Karena proses penciptaan menghajatkan adanya perbuatan. Sementara jika alam semestanya belum ada, bagaimana dia akan berbuat? Maka tinggal kemungkinan kedua yang berlaku, bahwasanya alam semesta ini telah diciptakan oleh Zat diluar dari alam semesta.
Kemudian Zat yang di luar dari alam semesta juga ada dua kemungkian; bersifat baru juga dan berasal dari ketiadaan, atau Zat yang bersifat azali tanpa permulaan. Jika hal tersebut bersifat baru, maka akan menghajatkan pencipta yang lain karena dia bersifat baru, jika pencipta lain yang menciptakannya juga bersifat baru, akan menghajatkan pencipta yang lain juga, dan begitu seterusnya. Tentu hal ini tidak mungkin, karena akan terjadi tasalsulul hawadits, yaitu kejadian terus menerus yang tidak ada ujungnya. Dan jika seperti ini, maka hasilnya tidak akan ada penciptaan sama sekali. Tidak akan ada alam semesta ini.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi? Untuk memperjelas hal ini kita umpamakan dengan seorang narapidana yang telah diputuskan hukuman mati. Namun algojo yang bertugas mengeksekusinya tidak bisa melaksanakan tugasnya hingga turun perintah dari atasannya, begitu juga dengan atasannya, tidak bisa memberikan perintah hingga turun perintah dari atasan yang lebih senior darinya, dan begitu seterusnya, setiap atasan tidak bisa memberikan perintah kecuali telah turun perintah dari atasannya yang lebih senior. Maka jika hal ini berlanjut tanpa ada ujungnya maka yang terjadi tidak akan ada eksekusi.
Namun jika ternyata kita mendapatkan narapidana tersebut telah di eksekusi, kita pun mengetahui bahwasanya ada perintah dari atasan tertinggi yang tidak lagi memiliki atasan, sehingga untuk menurunkan perintah, tidak perlu lagi menunggu perintah dari atasannya yang lain.
Begitu juga dengan keberadaan alam semesta ini, menunjukan disana ada Zat yang telah menciptakan. Yaitu mana Zat tersebut bersifat Azali, tanpa permulaan, dan tanpa diciptakan. Dialah Allah ta’ala, Rabb segala makhluk Nya.
Al Qur’an menjelaskan
Meskipun dalil diatas bersifat akal, namun hal tersebut telah termaktub di dalam Al Qur’an. Allah ta’ala dalam beberapa ayat dalam Al Qur’an mengajak manusia untuk berfikir akan penciptaan manusia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya),
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?”1
Juga dalam firman Nya (yang artinya),
dan sesunguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.”2
Artinya keberadaan manusia setelah sebelumnya tiada menunjukan keberadaan Allah yang telah menciptakannya.
Begitu juga dengan firman Allah ta’ala (yang artinya),
Apakah mereka tidak ada yang menciptakan atau apakah mereka menciptakan diri mereka sendiri?!”3
Dalam ayat di atas, Allah ta’ala mengingatkan kita untuk berfikir dengan akal sehat kita, bersandarkan kepada hal yang kita ketahui secara naluri. Bahwasanya penciptaan manusia tidak terlepas dari tiga hal; yang pertama, manusia tidak ada yang menciptakan, dia ada dengan sendirinya. Yang kedua manusia ada karena diciptakan, dan manusia sendirilah yang menciptakannya. Sedangkan yang ketiga, manusia ada karena diciptakan, dan yang menciptakannya adalah Zat selain manusia.
Tidak diragukan lagi, bahwa kemungkinan pertama dan kedua adalah sesuatu yang mustahil. Dan kemustahilannya adalah sesuatu yang sudah terpatri dalam pikiran manusia, tidak lagi memerlukan dalil. Maka yang tersisa hanya kemungkinan yang ketiga; bahwa manusia diciptakan oleh Allah ta’ala. Zat Yang Maha Hidup, Maha Kuasa atas segala sesuatunya, yang telah menciptakan mereka, sehingga layak untuk diibadahi oleh mereka.4
___
2 Qs. Maryam : 9
4 Adhwa’ul Bayan, Muhammad Amin Syinqithi (3/494) dengan sedikit perubahan.

Sumber: https://muslim.or.id/
Sumber: https://muslim.or.id/

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu
Sumber: https://muslim.or.id/

Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar