Minggu, 06 Desember 2015

Bagaimana Akal Menunjukan Allah Ta'ala ?



Bagaimana Akal Menunjukan Allah Ta’ala ?


Pada dasarnya keyakinan akan keberadaan Allah Ta’ala merupakan hal yang bersifat naluri atau fitrah. Seseorang tidak perlu berfikir atau belajar untuk mengetahui bahwa Allah itu ada. karena pengetahuan tersebut sudah ada sejak dia diciptakan. Sama hal nya dengan pengetahuan seseorang bahwa kue yang telah di potong lebih sedikit dari kue yang masih utuh. Atau pengetahuan bahwasanya suatu perbuatan pasti ada pelakunya. Seorang anak kecil pun ketika dia dipukul dari belakang misalnya, dengan nalurinya dia akan menengok, dan mencari siapa pelakunya. Kalau kemudian dikatakan kepadanya bahwa tidak ada seorang pun yang memukulnya, dia tidak akan percaya. Bahkan mungkin dia akan menangis hingga mengetahui siapa yang memukulnya untuk kemudian bisa membalasnya. Begitu juga tentang pengetahuan seseorang adanya Allah sebagai Tuhan pencipta. Tanpa berpikir dan belajar pun hal tersebut sudah ada, tertanam dalam setiap jiwa manusia.
Karena hal ini lah para Nabi pun heran ketika musuh-musuh Allah menolak risalah yang dibawa oleh para Nabi dan mengatakan, “Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya” 1.
Maka para Nabi pun menjawab, “Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?”2.
Maksudnya, apakah keberadaan Allah pantas untuk diragukan? Sedangkan fitrah dan naluri menusia menyaksikan akan keberadaan Nya? Ini sesuatu yang tidak mungkin untuk diingkari, sama halnya dengan seseorang yang mengingkari bahwasanya di atas lebih tinggi daripada di bawah. Atau mengingkari bahwasanya satu lebih sedikit daripada dua. Semuanya merupakan fitrah, naluri yang telah Allah tanamkan dalam jiwa setiap orang.
Namun jika kita melihat sejarah kehidupan manusia, bahkan hingga saat ini, kita melihat adanya orang orang yang menyangkal keberadaan Allah Ta’ala. Adanya orang orang yang berkeyakinan bahwasanya alam semesta ini ada dengan sendirinya. Bahwa manusia muncul semata mata karena faktor alam. Bahkan lebih daripada itu, di antara mereka ada yang mengaku dirinya sebagai tuhan pencipta!!
Meskipun begitu pada hakekatnya hati kecil mereka tidak akan pernah bisa menyangkal keberadaan Allah. Apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah bentuk keangkuhan dan kesombongan dalam diri mereka3. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya”4.
Namun begitulah adanya, fitrah seringkali mengalami keraguan dan kebingungan ketika diiringi dengan keangkuhan dan kesombongan. Sehingga perlu untuk menunjukan dalil atau bukti lain kepada mereka akan keberadaan Allah ta’ala. Salah satunya adalah dengan akal. Menggunakan akal fikiran untuk menetapkan keberadaan Allah merupakan salah satu metode Al Qur’an yang sering di gunakan oleh para ulama sejak dahulu.
Dalil akal yang menunjukan akan keberadaan Allah sebagai tuhan pencipta sangat banyak dan bermacam macam bentuknya, namun dalam tulisan ini hanya akan dicukupkan dengan dua dalil saja, yang mana kedua dalil ini termasuk dalil akal yang paling kuat untuk menetapkan keberadaan Allah ta’ala.
Penciptaan alam semesta dari ketiadaan
Dalil akal yang pertama adalah penciptaan alam semesta. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa segala ciptaan mengharuskan adanya yang menciptakan dan segala perbuatan mengharuskan adanya pelaku. Dikarenakan alam semesta merupakan hasil penciptaan, maka menjadi sebuah keharusan bahwa disana ada Zat yang telah menciptakannya.
Ketika seorang arab badui ditanya, “bagaimana engkau mengetahui Tuhan mu?”, dia menjawab, “jejak kaki onta menunjukan adanya onta, jejak perjalanan menunjukan adanya orang yang melakukan perjalanan, langit yang memiliki bintang bintang, bumi yang memiliki jalanan yang lapang, lautan yang berombak, bukankah (semua itu) menunjukan kepada (Zat) Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui?”5.
Ketika Abu Hanifah di tanya oleh orang orang yang menolak adanya Allah, beliau berkata, “sebentar, sesungguhnya saya sedang berpikir tentang suatu hal yang saya telah diberi tahu akan keberadaannya, mereka mengatakan kepadaku bahwa ada sebuah kapal di lautan yang berisi berbagai macam barang dagangan, tanpa ada orang yang menjaga dan mengemudikannya, akan tetapi meskipun begitu kapal tersebut pergi dan kembali dengan sendirinya menerjang ombak yang besar, sampai selamat darinya, kemudian kapal tersebut berjalan kemana saja sesukanya tanpa ada seorangpun yang mengemudikannya” mereka pun berkata, “perkataan tersebut tidak ada seorang berakal pun yang mengatakannya”
Maka berkata Abu Hanifah Rahimahullah, “celaka kalian! alam semesta baik yang di atas maupun yang di bahwah dengan segala sesuatu yang berada di dalamnya dengan kokoh dan teratur tidak ada yang menciptakannya!” 6.
Benarkah alam semesta ini dahulu tidak ada?
Setiap hari kita melihat banyaknya hal baru dalam kehidupan kita. Munculnya janin dalam kandungan yang sebelumnya hanya sperma, tumbuhnya tanaman yang sebelumnya hanya berupa biji bijian, pohon yang menjulang tinggi setelah sebelumnya hanya merupakan tanaman kecil, atau kita sendiri yang lahir ke dunia setelah sebelumnya tidak ada, kemudian tumbuh dewasa setelah sebelumnya hanya anak anak. Badan yang semakin lebat, kuku yang semakin panjang, rambut yang semakin lebat. Semua hal tersebut menunjukan bahwasanya alam semesta ini bersifat baru. Menjadi ada setelah sebelumnya tidak ada. Dan kesaksian kita melihat sebagian dari alam semesta ini muncul setelah sebelumnya tiada, sudah cukup untuk menunjukan bahwa semua hal dalam alam semesta ini berasal dari ketiadaan.
__
1.    QS. Ibrahim : 9
2.    Qs. Ibrohim : 10
3.    Maarijul Qobul (1/128)
4.    Qs. An Naml : 14
5.    Maarijul Qobul (1/136)
6.    Ma’arijul Qobul (1/135) 

Sumber: https://muslim.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar