Kamis, 31 Desember 2015

Fisafat berdasarkan Tema



Tiga Tema Besar Filsafat


Ada tiga tema besar yang d bicarakan dalam dunia filsafat. Ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

Ontologi, berbicara tentang segala yang ada di balik yang ada. Tema yang satu ini memang bersifat absatrak. Artinya lebih terfokus pada tema-tema tertentu dan khusus berbicara tentang hakikat dari keberadaan sesuatu.


Epistimologi, yaitu membahas tentnag teori-teori pengetahuan, meliputi dari mana pengetahuan itu berasal? Untuk apa ilmu itu setelah di dapatkan? Bagaimana cara memperoleh ilmu itu? Barulah beranjak ke pembahasan selanjutnya yaitu fungsi ilmu itu apa? Erat kaitannya dengan estetika dan etika dalam memperlakukan ilmu. Bermanfaat atau tidaknya ilmu tersebut tergantung dari bagaimana cara kita memperlakukan ilmu tersebut, itulah aksiologi.

Namun penulis dalam hal ini ingin menyederhanakan pembahsan kita terkait dengan epistimologi ilmu. Karena begitu sangat penting pembahasan ini, maka nabi saw pun dalam salah satu sabdanya beliau mengatakan “man araada ad-dunya fa’alayhi bi-ilmi, man araada al-akhirat fa’alayhi bil-‘ilmi, man araadahuma fa’alayhim bil-‘ilmi” artinya barang siapa yang menginginkan kehidupan dunia maka hendaklah dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan kehidupan khirat, maka hendaklah dengan ilmu. Baran siapa menginginkan keduanya maka hendaklah dengan ilmu pula.

Kata ilimu sendir merupakan terma yang berasal dari bahasa arab yang berarti “tahu” dengan berbagai derivasinya ‘alim yang berarti orang yang mengetahui. Padanan kata ilmu juga berasal dari barat yang akrab di sebut dengan sains. Yang juga memiliki arti yang sama denngan ilmu. Ilmu di pakai oleh epistimilogi islam, sedang sains oleh epistimologi barat. Namun ada perbedaan yang mencolok dari dua terma ini¸ilmu dan sains. Ilmu merujuk pada segala aspek pengetahuan, baik yang abstrak maupun kongkrit. Sedang sains hanya merujuk pada pengetahuan yang di hasilkan manusia hanya lewat aktifitas ilmiah. Objektif, data, angka merupakan kata-kata yang sering di asosiasikan dengan makna sains ini. Perbedaan ranah pengetahuan antar keduanya mengakibatkan perbedaan pula cara cara untuk memperoleh ilmu. Keterbatasan pembahasan pada sains hanya pada bidang yang kongkrit yang bisa teramati semata memaksa kita untuk menolak realitas yang berada di balik dunia faktual ini. Sehingga tuhan tidak punya tempat di mata para saintis. Membicarakan tuhan dan hal-hal yang abstrak (baca: gayb) berarti membicarakan tentang suatu kebohongan belaka yang tidak memilki faedah dan hanya mengahbiskan waktu belaka. Akibatnya dunia luar di balik dunia ini tidak dapat di terima keberadaannya. Lain halnya dengan ilmu yang lebih komprehensif berbicara tentang hal-hal yang ada di balik dunia nyata ini juga. Perbedaan panjang tidak berujung inilah yang telah membawa sejumlah filosof yang concern berbicara tentamg epistimologi ilmu berperang dalam menetukan metode dan cara untuk memperoleh ilmu atau pengetahuan. Ada yang memaki rasional, empirik dan terakhir intuisi.

Rasional memberikan batasan, bahwa ilmu hanya akan di peroleh lewat penalaran akal pikiran. Lewat alur berfikir rasional seperti inilah yang sering di bahasakan dengan penalaran deduktif.

Empirik memberikan titik tekannya pada penglaman, penglaman inilah yang dapat memberikan pengetahuan yang untuh dan sejati. Lewat penglaman semua terasa begitu nyata, inilah dunia yang sebenarnya, dunia yang tidak hanya berdasar teori semata, namun juga praktis. Dalam mengugkapkan fakta-fakta, alur berfikir semacam ini lebih mengambil kesimpulan lewat berbagai peristiwa yang di alami atau yang di rasakan. Lewat penglaman inilah kita akan menemukan rambu-rambu alam yang secara tidak langsung akan mengajarkan kita tentang batasan-batasan kebaikan dan keburukan. Alur semacam inilah yang di sebut denngan alur induktif. Lalu bagaimana halnya dengan intuisi. Bisakah di jadikan sebagai salah satud ari metode meperoleh pengetahuan? Lalu bisakh intuisi ini kita katakan sebagai sebuah metode yang tentu sagat kelihatan paradok di mata ilmuan barat, yang asosiasinya lebih kepada hal-ha yang abstrak semata?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar